Senin, 02 Januari 2012

Kelinci Percobaan

Nindy menutup mulutnya ketika kakaknya, Yosi,  menyuruhya untuk mencicipi masakannya. Yosi yang masih SMA senang sekali memasak, dan Nindy lah yang selalu dijadikan kelinci percobaannya.
“Dek, cobain ya sayur bayem plus wortel buatan kakak, please…” ujar Yosi memelas.
            “Enggak mauuuu….!!” Teriak Nindy, lalu menutup mulutnya kembali.
            “Kamu kan udah kelas 5 SD, masa enggak mau makan sayur terus sih! Gimana mau sehat... cobain dikiiit aja ya, Kamu kan anak cantik..“ Ujar Yosi sembari memuji.
            “Kak, sampai nenek-nenek pun aku enggak suka sayuran. Titik. Lagipula, masakan kakak tuh enggak enak. Aku capek jadi kelinci percobaan terus! Suruh aja tuh Oneng yang nyicipin.” Nindy berlari meninggalkan kakaknya.
Yosi hanya menghela napas. Sedikit sakit hati dibilang masakannya tidak enak, tapi ia tidak pernah marah karena ia tahu sifat Nindy yang keras kepala, dan keukeuh enggak mau makan sayuran. Akhirnya, sayur bayam itu ia berikan kepada Oneng, kelinci peliharaan mereka.

Besok lusa, di sekolah Nindy akan ada lomba makan sayur terbanyak dan tercepat, untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI. Tisha dan Nindy ditunjuk sebagai perwakilan dari kelas mereka untuk mengikuti lomba tersebut. Mendengar berita itu, bagi Nindy, bagai disambar petir ditelinganya.
Setibanya di rumah, Nindy hanya berdiam diri di kamar. Ia pusing harus bagaimana menghadapi lomba makan sayur itu. Nindy tidak berani menolak permintaan gurunya, dan malu bila harus mengatakan bahwa ia tidak suka makan sayur. Pasti akan diolok-olok oleh teman-teman, pikirnya. Kebetulan, dirumah tidak ada siapa-siapa. Kak Yosi belum pulang sekolah, mama dan papa pun masih bekerja. Nindy ke luar kamar dan berusaha mencari makanan di meja makan, lalu ia menemukan tumis wortel yang dimasak kakaknya tadi pagi. Dengan amat sangat terpaksa, ia memberanikan diri untuk makan tumis wortel tersebut. Awalnya ia ragu, tapi setelah satu sendok ia cicipi, ternyata rasanya tak sepahit yang ia bayangkan. Satu sendok demi satu sendok, lalu tak terasa ia sudah menghabiskan setengah piring besar.
“Hmmm… tenyata sayur itu rasanya maknyus juga. Kenyang…” ujar Nindy sambil memegangi perutnya.
Tiba-tiba kakaknya datang. Cepat-cepat ia merapikan kembali meja makan, dan langsung bergegas membuka pintu.
“Udah makan, Dek?” Tanya Yosi sambil membuka sepatunya.
“Udah.” jawab Nindy singkat.
“Aduh, kakak lupa! Ada tumis wortel dari tadi pagi, takut basi jadi buat oneng aja ya..” Yosi berjalan menuju dapur.
Nindy hanya menelan ludah. Mengapa tumis wortel yang ia makan basi? Tetapi ia yakin belum basi karena saat ia makan biasa-biasa saja, malah rasanya enak.
            “Sayang ya, kita sering banget buang-buang makanan. Padahalkan sayur ini enak banget. Kakak tadi enggak sempet dibekel kesekolah sih…” Ujar Yosi sedikit menyindir.
            “Enggak apa-apa kali… Biar Oneng yang jadi kelinci percobaan Kakak. Nasib kelinci, jadi bahan eksperimen.” Kata Nindy sambil ngeloyor pergi ke kamar mandi.
Tiba-tiba telephone di ruang televisi berdering. Yosi segera mengangkatnya.
            “Halo, dengan siapa ya?” Tanya Yosi dengan ramah.
            “Ini Tisha temennya Nindy.” Jawab Tisha di seberang sana.
“Oh Tisha.. Nindynya lagi di kamar mandi. Ada pesan?”
“Oh… Tadi aku SMS Nindy mau kerumah dia, sekalian bawain sayur sop. Besok lusa kan kita mau lomba makan sayur di sekolah, jadi mau latihan bareng. Tapi tiba-tiba mama ngajak aku pergi, dan aku enggak boleh nolak. ” Jelas Tisha.
“Hah? Lomba makan sayur? Apa enggak salah? Adikku itu enggak suka makan sayur… sama sekali enggak suka!” Yosi terkejut.
“Masa sih? Dia sendiri yang bilang kalo dia suka banget sama sayur. Lagipula, dia enggak nolak kok disuruh sama bu guru ikut lomba! Ya udah deh, bilangin aja ya aku enggak jadi datang, disuruh cepet-cepet nih. makasi ya kak.” Tisha menutup telephonenya
“Ia sama-sama, Dek..” jawab Yosi, dan ia pun menutup gagang telephonenya.
Nindy yang sejak tadi mendengar pembicaraan kakaknya dengan Tisha dari telephone di dapur,  merasa bersalah telah membohongi mereka. Ia malu sekaligus takut dimarahi oleh kak Yosi. Namun sebelum kak Yosi memarahinya, ia memberanikan diri untuk berkata jujur dan meminta maaf.
“Kakak… aku mau minta maaf, tadi dengerin pembicaraan kakak sama Tisha. A.. aku juga tadi ma.. makan masakan kakak. Aku terpaksa makan soalnya kan aku mau lomba..” tutur nindy terbata-bata.
“Pantes ya, kok kakak juga heran tadi perasaan tumisannya berkurang. Hmmm… Sayang, kakak enggak bakal marah kok… malah kakak seneng banget akhirnya kamu mau makan sayur juga.” Yosi tersenyum.
“Ia, aku kira sayur itu pait banget. Ternyata sayur itu enak ya.. Buatan kakak enak, bener deh. Aku mau deh jadi kelinci percobaan kakak terus.” Kata Nindy ketagihan. “Oh iya Kak, lusa kakak harus dateng ya kesekolahku. Kakak harus liat aku lomba!” lanjutnya.
Hari H sudah tiba, perlombaan pun sudah dimulai, tapi kakak belum juga datang. Nindy terus mencari-cari dimana kakaknya berada, tetapi karena lomba harus berlangsung, ia tak memedulikannya. Dengan lahap ia memakan sayur capcai yang sudah disediakan di meja masing-masing peserta. Waktu terus bergulir dan perlombaan pun usai. Hingga semua rangkaian lomba selesai, kak Yosi pun belum menampakkan batang hidungnya. Tiba-tiba, setelah pemenang masing-masing lomba diumumkan oleh pak kepala sekolah, kak Yosi datang. Dengan raut muka takjub dan masih tak percaya, ia melihat Nindy memegang piala dan papan bertuliskan “Juara III Lomba Makan Sayur”. Dari jauh, Nindi melihat kakaknya tersenyum, dan mereka pun tampak bahagia.

1 komentar:

  1. cerita ini adalah cerpen yang ditolak untuk dimuat dikompas anak. hahaha

    BalasHapus