Jumat, 30 Desember 2011

Detik bertepi

     Aku lelah atas hari ini, hari-hari sebelumnya, dan hari-hari yang lalu. Lelah atas apa yang aku alami selama hidupku. Mungkin aku bukan manusia yang tak tahu syukur dan tak tahu nikmat. Entahlah, aku ini aku dengan segala ketidakpuasanku. Malam ini aku habiskan waktu untuk menulis cerita ini. 
     Tiba-tiba aku teringat buku yang mama beli 15 tahun lalu. Engaku tahu apakah buku ini? Ya, buku dongeng yang menceritakan sebuah kerajaan penguasa dunia. Dan Engkau tahu siapa yang membacakan cerita ini? Mamaku. ya, mamaku. Aku rindu mamaku. aku rindu seseorang membacakan buku ini dimalam tidurku, disaat aku lelah hingga terlelap dalam mimpi indah. Sang pendongeng kini telah tiada sebelum aku beranjak remaja. Orang bilang kini aku sudah dewasa. Dewasa? Mungkin hanya tampak diluar saja. Aku merasa hidupku masih balita, dimana masa-masa indah itu aku punya. 
     21 tahun sudah. Tak terasa 15 tahun aku habiskan waktu percuma saja. Alkohol, narkoba, semua hidup ini dekat dengan nista. Aku ingat mengapa alkohol dan narkoba pernah menjadi sahabatku. Dulu, ayah pergi begitu saja dengan kekasihnya sepeninggal ibu. Saat itu umurku 5 tahun dan mungkin aku mudah dibodohi oleh siapapun. Ayah bilang ayah mau mencari nafkah , dan ayah bilang ayah akan kembali setelah punya banyak harta. 7 tahun aku hidup dengan nenek dan menunggu ayah kembali membawa uang banyak. Tapi apa yang terjadi? Ayah pergi dengan pacar SMAnya dulu. Ayah tak tahu betapa sendirinya aku. Nenek harus berakhir hidupnya ketika aku duduk di bangku SMP. Ya, sejak saat itu aku benar-benar sendiri. Mencari rezeki, mencari ilmu, mencari kehidupan.
     Mungkin jika aku tak bertemu dengan Bu Mawar, pengurus Panti asuhan Bunga Sentosa, masa SMP tak dapat kulalui. Aku beruntung bertemu Ibu sebaik bu Mawar. Bodohnya, aku melarikan diri dari panti dan bergabung dengan kehidupan liar diluar sana dengan alasan ingin mencari mama. 3 tahun aku lewati masa SMA yang seharusnya aku genggam dengan baik. Aku habiskan masa SMAku dengan suram. Sejak saat itulah alkohol, roko, dan narkoba teman setiaku. Hidupku hancur, hancur dan hancur. Ketika akan mengakhiri hidup, aku bertemu dengan seseorang. Malaikat. Dia yang terlintas dibenaku saat itu. Bukan ternyata. Hanya seorang pria yang umurnya tak jauh dengan ku. Dia tampan. Dia menyelamatkan hidup ku dan menjauhkanku dari dunia gelap. Aku jatuh cinta. Ketika cinta itu datang, ia malah pergi menghilang. Entah kemana, tidak kembali. 2 tahun aku dilanda rasa depresi ditinggalkan orang-orang terkasih. Aku, sekali lagi, tak bisa bangkit. Tapi iman, iman yang membuatku masih bisa bertahan. Ku tapaki hidup sedikit demi sedikit. 1 tahun lalu, aku berhasil bangkit dari keterpurukan itu. Aku mendapat beasiswa entah karena apa. Mungkin karena keajaiban Tuhan. Masa SMAku memang hancur, tapi tidak untuk sekolahku. Dan aku kini bisa merasakan indahnya masa perkuliahan. 1 tahun, cukup untuk ku merasa bahagia. Aku tidak bisa merasakan kebahagian itu lebih lama. Aku mengidap kanker paru-paru. Daaan, setelah itu........


     Mengapa aku tak selesai menulis cerita ini? Tiba-tiba aku tersadar, aku membaca tulisanku dialam yang lain. Aku.. aku.. aku baru sadar aku telah tiada. Detiku bertepi dicerita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar