Selasa, 30 Agustus 2011

Teknologi Fermentasi Nata de Coco

Hampir semua kelompok tidak menghasilkan koloni bakteri pada metode gores meskipun pengenceran yang digunakan 10-1 (pengenceran tinggi). Metode radian yang menunjukkan hasil koloni paling sedikit, teknik menggoresnya seperti petak-petak sawah sehingga goresan tangan tidak sinambung. Perlakuan ini bisa saja menyebabkan sedikitnya jumlah koloni karena praktikan menggores ose pada agar ada yang mengambang dan ada yang tidak sehingga tidak merata. Faktor kegagalan yang kedua adalah karena saat memijarkan ose terlalu panas dan langsung dicelupkan kedalam pengenceran 10-1 sehingga bakteri Acetobacter xylinum yang memiliki suhu pertumbuhan optimum 28-30oC (termasuk bakteri mesofilik) mati (Sukarminah, E, 2010). Selain itu, saat menggoreskan isolat bakteri pada agar padat terlalu dekat dengan bunsen, sehingga suhu disekitar menjadi panas dan bakteri tidak tahan akan lingkungan tersebut. Oleh karena itu, jarak cawan dengan bunsen seharusnya tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. 
            Selain faktor-faktor teknis yang perlu diperhatikan dalam isolasi  Acetobacter xylinum pada media cair fermentasi nata de coco ini, faktor mikrobiologispun sangat penting karena proses fermentasi tidak akan berjalan tanpa adanya bakteri ini.
            Faktor-faktor pertumbuhan yang mempengaruhi kemampuan Acetobacter xylinum menghasilkan selulosa selain ketersediaan nutrien pada medium, juga pH medium antara 3-6, suhu lingkungan antara 28 - 30°C, bakteri ini memproduksi kapsul secara berlebihan. Acetobacter xylinum merupakan bakteri asam asetat karena selain mengoksidasi gula juga menghasilkan asam asetat dari etanol (Fardiaz, 1992).
.  Keseluruhan kelompok mendapatkan hasil pengamatan yang sama, yakni bakteri berbentuk batang dan berwarna merah.  Sesuai dengan litelatur, ciri-ciri morfologi bakteri Acetobacter xylinum gram negatif berbentuk batang. Hal ini menunjukkan bahwa praktikum yang dilakukan berhasil dengan baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar